Minggu, 15 Mei 2011

PERSOALAN DALAM BELAJAR

BAB 1
PENDAHULUAN

            Masalah mendidik adalah masalah setiap orang karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang berusaha mendidik anak-anaknya atau anak –anak lain yang diserahkan kepadanya untuk dididik. Demikian pula masalah “belajar dan mengajar”. Oleh karena itu perlu dan penting menjelaskan dan merumuskan masalah belajar terutama kepada pendidik agar dapat menempuhnya dengan lebih efisien dan efektif.
            Beberapa ahli psikologi secara efektif menyatakan bahwa masalah belajar merupakan hal yang sentral dalam pembahasan atau teorinya. Berikut adalah beberapa contoh:
(1)   Hull (1943) menyatakan bahwa orang hampir tidak dapat membedakan antara theory of behavior dan theory of learning, karena itu pentingnya soal belajar.
(2)   Guthrie menganggap bahwa belajar adalah memang sifatnya jiwa manusia.
(3)   Tolman mengemukakan bahwa belajar sebagai sifat utama daripada tingkah laku yang demikian itu.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar teori-teori psikologi menjadikan masalah belajar itu sebagai hal yang sentral, walaupun kadang-kadang tidak dinyatakan secara eksplisit.
Kenyataan bahwa alasan untuk mempelajari hal belajar berbeda-beda dan hal ini berakibat berbeda-bedanya perumusan mengenai hal-hal belajar, sehingga kadang- kadang ada pertentangan antara teori yang satu dengan teori lainnya. Karena itu haruslah ditempatkan konsepsi-konsepsi yang bermacam-macam dalam keseluruhan sistem yang luas.









BAB II
PERSOALAN DALAM BELAJAR


  1. APAKAH BELAJAR ITU?
1. Macam-macam definisi belajar.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang belajar, yaitu:
    • Hilgard dan Bower mengemukakan bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.
    • Gagne menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
    • Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
    • Whiteringon mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru.
Dari definisi diatas, dikemukakan beberapa elemen yang memberikan ciri tentang belajar, yaitu:
1.      Belajar merupakan perubahan tingkah laku
2.      Belajar merupakan suatu perubahran yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
3.      Perubahan itu harus relatif mantap
4.      Perubahan itu menyangkut berbagai aspek kepribadian
Dengan demikian belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.


2. Macam-macam Aktivitas yang Disebut Belajar
      Banyak aktivitas-aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut perbuatan belajar, seperti mendapatkan pembendaharaan kata-kata baru, menghafal syair, nyanyian, dan sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tak begitu jelas apakah tergolong sebagai perbuatan belajar, seperti mendapatkan bermacam-macam sikap sosial, kegemaran, pilihan dan lainnya. Selanjutnya ada beberapa hal yang kurang berguna yang juga terbentuk pada individu, seperti gejala-gejala autis dan sebagainya.

  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
                  Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
  2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar rumah siswa.
  3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

  1. Faktor Internal siswa
Ada dua aspek yang dapat dilihat dalam faktor internal yaitu aspek fisik dan psikis. Aspek fisik adalah aspek yang bersifat jasmaniah dimana kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan aspek psikis adalah kondisi rohaniah siswa dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran, seperti tingkat kecerdasan /intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

  1. Faktor Eksternal siswa
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah lingkungan yang mencakup lingkungan sosial dan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Sedangkan lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

  1. Faktor Pendekatan Belajar
Adapun yang termasuk dalam pendekatan belajar adalah
·        Reproduktif, meliputi menghafal, meniru, menjelaskan, meringkas
·        Analitis, meliputi berfikir kritis, mempertanyakan, menimbang, berargumen
·        Spekulatif, meliputi sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru, berspekulatif dan membuat hipotesis.

C.     TIPE-TIPE BELAJAR
            Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya sehingga muncul keanekaragaman jenis belajar, seperti:
  1. Belajar Abstrak, ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
Contoh: siswa membayangkan bentuk suatu objek dalam menggambar, seperti pemandangan dan gunung.
  1. Belajar Keterampilan, ialah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yaitu yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-otot / neuronmuscular. Tujuannya unntuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
Contoh: siswa bermain kasti atau melakukan gerekan-gerekan senam.
  1. Belajar Sosial, ialah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah lain yang bersifat bermasyarakat.
Contoh: siswa melerai temannya yang sedang berkelahi.
  1. Belajar Pemecahan Masalah, ialah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
  2. Belajar Rasional, ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
  3. Belajar Kebiasaan, ialah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya untuk memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan lluang waktu (kontekstual).
  4. Belajar Apresiasi, ialah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya untuk memperoleh dan mengembangkam kecakapan ranah rasa (affective skill) yang dalam hal ini objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan lain-lain.
  5. Belajar Pengetahuan, ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya untuk memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya. Misalnya engan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.

  1. . TEORI-TEORI BELAJAR
            Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Teori-teori yang menguraikan tentang belajar diantarannya:

  1. Teori Belajar Koneksionisme (Thondrike)
Edward Thondrike dilahirkan di Williamsburg, Massachusetts tahun 1874. Universitas Wesley dan Universitas Hardvard membentuk ide-ide Thondrike mengenai psikologi.
Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Menurutnya mengajar yang baik adalah tahu apa yang hendak diajarkan, artinya tahu materi apa yang akan diberikan, respon apa yang akan diharapkan dan kapan harus memberi hadiah serta pentingnya ttujuan pendidikan. Teori belajar Thorndike lebih cocok pada pendidikan keterampilan dan pravokasional.

  1. Teori Belajar kondisioning (Ivan P. Palvon)
Ivan P. Palvon lahir tahun 1849bdi kota Rayasan Rusia. Palvon adalan seorang ilmuan yang membaktikan dirinya untuk penelitian. Ia memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar tentang berbagai masalah dunia dan masalah manusia.
Teori belajar classical conditioning mengaplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar tejadi respon. Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan srimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor lingkungan daripada motivasi internal.
Teori belajar classical conditioning atau Pavloving Conditioning, merupakan teori belajar kategori Stimulus-Respon (S-R) tipe S. Esensi berlakunya classical conditioning adlah adanya dua stimulus yang berpasangan, yaitu conditioned stimmulus (CS) atau disebut stimulus yang tidak tekondisi dan unconditioned stimulus (US) atau disebut stimulus yang tidak terkondisi. Pasangan kedua stimulus ini terjadi dimana stimulus berkondisi (CS) timbul atau datang pada waktu yang relatif singkat sebelum stimulus yang tidak terkondisi (US) diberikan. Selang waktu antara stimulus berkondisi dengan tidak berkondisi dinamakan interstimulus interval.
Pandangan Pavlov tentang belajar, ia mengutamakan prilaku dan perubahan tingkah laku organisme melalui hubungan stimulus-respon (S-R). Dengan demikian belajar hendaknya mengkondisi stimulus agar bisa menimbulkan respon. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terus menerus yang timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi.

  1. Teori behaviorisme Deduktif Hipotetik (Clark L. Hull)
Clark L. Hull (1884-1952) adalah oarang yang mempunyai pengaruh besar terhadap psikologi belajar. Ia banyak memberikan konsep-konsep belajar  melalui hasil penelitiannya yang dilakukan mulai 1930-1950.
Teori Hull memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, dimana:
a.       pentingnya stimulasi bagi para siswa, yang dirumuskan melalui tujuan-tujuan pengajaran.
b.      Pemberian stimulus oleh guru ditunjukan pada pencapai tujuan pengajaran
c.       Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kebutuhan belajar pada diri siswa.
d.      Motivasi sangat penting dalam pengajaran sesuai dengan kebutuhan para siswa.
e.       Program belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan para siswa.

  1. Teori operant conditioning (Skinner)
Pendekatan Skinner adalah operant conditioning, yang merupakan penerusan dan perluasan secara akurat dari hukum Thorndike. Ia mengakui adannya fenomena conditioning yang klasik dari Pavlov dalam prilaku manusia dan bintang, tetapi itu tidak dianggap terlalu penting. Skinner berpendapat bahwa ilmu yang benar tentang perilaku manusia harus didasarkan pada fakta empiris yang kuat.
Skinner mengemukakan dua tipe tentang belajar, yaitu:
  1. Classical conditioning Pavlov (tipe S). Tipe ini dikenal adanya elicting stimuli. Di sini diuatamakan apa yang dilakukan terhadap organisme untuk menimbulkan perubahan tingkah lakunya.
  2. Operant conditioninng (tipe R) yang ditandai oleh keadaan tidak adanya elicting stimuli dan tingkah laku control oleh efeknya atau pengaruhnya terhadap lingkungan. Conditioning tipe R meliputi adanya reinforcement stimuli setelah terjadinya respon.
Skinner mengemukakan adanya hubungan antara penguat (reinforcement) dengan tingkah laku. Ia juga mengemukakan konsep extination dari penguat yaitu proses bila operant yang telah terbentuk tidak mendapat reinforcement lagi, dapat menyebabkan menurunnya frekuensi dan intensitas tingkah laku. Menurut pendapatnya hal yang paling baik adalah menyusun kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya penguatan yang positif. Dan ia juga mengatakan bahwa kontrol yang positif (menyenangkan) mengandung sikap yang menguntungkan terhadap pendidikan, dan akan lebih efektif bila digunakan.


  1. Teori Belajar Medan Kognitif (Kurt Lewin)
Teori belajar medan kognitif ditarik dari pionir psikologi medan (field psycology) Kurt Kewis (1890-1947). Psikologi Jerman-Amerika ini menaruh perhatian terhadap motivasi manusia.
Teori belajar medan kognitif memusatkan perhatiannya pada faktor psikologi pribadi (person) yang sedang belajar. Faktor psikologi dari pribadi (person) ini digambarkan atau dinyatakan dalam bentuk konsep yang disebut life space. Konsep life space ini berisikan antara lain, kebutuhan, tujuan, vektor, lingkungan psikologi dan pribadi dari individu yang bersangkutan.
Dengan konsep life space oleh para pelajar atau guru, mereka memperoleh tambahan pengetahuan yang berharga guna dapat memahami tingkah laku siswa. Dengan demikian guru dapat sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian proses belajar diharapkan dapat berlangsung secara efektif.

  1.  Teori Pengajaran Pendekatan Modifikasi Tingkah laku
 Modifikasi tingkah laku berhubungan dengan penggunaan prinsip-prinsip belajar modern pada desain dan penyempurnaan praktek pendidikan dan klinis.
 Dalam modifikasi tingkah laku ini diperkenalkan empat segi tingkah laku operant yaitu “Teaching Machine” dan Pengajaran Berprogram”. Dua segi lagi yang muncul yaitu “Token Economics” dan Managemant Contingency” serta “Behavioral Engenering”. Pada keempat segi ini pada umumnya masih mementingkan adanya “Contingency Reinforcement” untuk mendapatkan tingkah laku yang diharapkan walaupun dalam versi atau bentuk yang berbeda-beda.
 Teori-teori modifikasi tingkah laku yang bersifat umum bisa diterapkan dalam  mengembangkan prinsip-prinsip pengajaran. Walaupun masih ada beberapa kritik terhadap teori tersebut namun teori tersebut masih bisa digunakan pada saat itu, terutama untuk menghadapi masalah pengajaran yang bersifat khusus.

  1. Teori pengajaran pendekatan psikologi kognitif
Pendekatan psikologi kognitif dalam teori pangajaran dipelopori oleh Jerome Bruner (1915) seorang ahli psikologi belajar dan psikologi perkembangan. Bruner melakukan penelitian psikologi terutama mengenai persepsi, motivasi, belajar dan berfikir. Bruner menganggap manusia sebagai pengolah informasi, pemikir dan pencipta. Penelitiannya dan ide-idenya dipengaruhi oleh Piaget terutama mengenai perkembangan kognirif manusia. Ia juga memperluas kontribusi psikologi denngan mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai bidang seperti biologi, antropologi, sosiologi, linguistik, filsafat., dan lain-lain.
Jerome S. Bruner adalah tokoh dalam psikologi kognitif yang berpendapat bahwa belajar memiliki tiga proses secara stimultan, yakni:
1.      Diperolehnya informasi, informasi baru mungkin merupakan tambahan atau yang bertentangan dengan informasi yang telah dimilikinya.
2.       Transformasi pengetahuan, digunakan lebih lanjut melalui intrapolasi dan ekstrapolasi atau mengubahnya dalam bentuk lain.
3.      Pengkajian pengetahuan adalah menilai kemballi ketetapan dan kelengkapan cara memanipulasi informasi yang telah digunakannya.

  1. Teori pengajaran pendekatan berbagai kaidah belajar
Bergen Richard Bugelski seorang ahli psikologi dan peneliti berbagai proses psikologi termasuk belajar dan kognitif adalah pelopor yang mrnganjurkan pembenntukan teori pengajaran dengan menggunakan pendekatan kaidah-kaidah belajar yang telah memilki dukungan empiris yang cukup banyak.

Bugelski telah berjasa mengembangkan teori pengajaran berdasarkan kaidah-kaidah belajar yakni bersifat elektik. Prinsip-prinsip pangajaran yang disarankannya dapat diaplikasikan dalam pengajaran di sekolah bahkan menurutnya dapat dijadikan upaya memperbaiki kekkurangan yang ada saat ini. Dari pandangan-pandangan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a.       Teori pengajaran Bugelski selalu disesuaikan dengan data empiris dengan maksud agar dapat dilaksanakan dalam situasi praktis dan dapat meramalkan kemungkinan kemajuan belajarssecara sistematis dan dapat diukur. Hasil belajar yang dicapainya dengan demikian dapat digunakan untuk darinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
b.      Teori belajar dan pengajaran Bugelski tidak terbatas pada kelompok umur tertentu dalam masalah tertentu pula, akan tetapi dapat diterapkan pada semua situasi dalam arti yang luas.
c.       Bugelski menerima hakekat individu sebagai organisme yang memiliki kemampuan disamping pengaruh lingkungan (psikologi kognitif), sehingga ia melihat bahwa hakekat individu tak terpisahkan dari kehidupannya sebagai makhluk sosial.

  1. Teori pengajaran pendekatan analisis tugas
Pendekatan analisis tugas ini dipelopori oleh Gagne, Briggs, Glaser, yang mana mengembangkan teori pengajaran dari berbagai bidang kemiliteran dan latihan-latihan industri tahun (1940-1950). Pendekatan analisis tugas dalam menyusun kaidah-kaidah pengajaran adalah melakukan kajian terhadap jenis atau tipe-tipe belajar dan tugas-tugas yang dipersyaratkannya. Melalui analisis tugas dapat diperoleh petunjuk-petunjuk mengenai apa yang harus dipelajari siswa dan bagaimana mempelajarinya. Dengan demikian guru harus dapat menentukan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Tipe-tipe belajar juga diatur menurut gerak maju atau ada tingkatan-tingkatan (hirarkis) sehingga memudahkan mengatur kondisi pengajaran.
Walaupun ada beberapa kritik yang merupakan kelemahan teorinya, namun psikologi humanistik mempunyai nilai yang cukup positif pandangannya tentang manusia dan konsep tentang belajar. Nilai tersebut antara lain:
  1. Bahwa manusia harus dipandang sebagai satu totalitas kepribadian yang utuh
  2. Bahwa belajar yang ssesungguhnya bukan ssekedar memberikan fakta kepada siswa untuk diingat, tetapi harus melibatkan seluruh pribadi siswa termasuk intelektual, emosional, dan keterampilan
  3. Bahwa belajar yang berguna harus relavan dengan kebutuhan siswa dalam perkembangannya serta dapat menumbuhkan kesanggupan siswa dalam menemukan dirinya.








BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1.      Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
2.      Dalam proses belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
·        faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi aspek fisik dan aspek psikis.
·        faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri siswa, meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.
·        faktor pendekatan belajar, meliputi reproduktif, analitis dan spekulatif.
3.      Dalam proses belajar terdapat banyak kegiatan sehingga muncul keanekaragaman jenis belajar,meliputi tipe belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial, belajar pemecahan masalah, balajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi dan belajar pengetahuan.
4.   Dan karena masalah belajar adalah masalah setiap orang maka banyak ahli psikologi yang memberikan pendapatnya tentang hal belajar sehingga muncul banyak teori-teori belajar seperti : teori belajar koneksionisme (thorndike), teori belajar kondisioning (Ivan P. Pavlov), teori behaviorisme deduktif hipotetik (Clark L. Hull), teori operant conditioning (Skinner), teori belajar medan kognitif (Kurt Lewin), teori pengajaran pendekatan modifikasi tingkah laku, teori pengajaran pndekatan psikologi kognitif, teori pengajaran pendekatan berbagai kaidah belajar dan teori pengajaran pendekatan analisis tugas.

B.  Saran
            Karena proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, pendidik harus bisa mengatur faktor-faktor tersebut supaya pencapaian tujuan pendidikan berhasil dan siswa dapat menerima senua pengetahuan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Dan guru harus paham benar mengenai arti belajar, bentuk dan manifestasinya agar hasil belajar yang dicapai peserta didik bermutu.


DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin, 2010, Psikologi Kependidikan, Rosdakarya, Bandung.
Deese, J. The Psychology of learning. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1958
Suryabrata, Sumadi, 2008, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Winansih, Varia, 2009, Psikologi Pendidikan, La Tansa Press, Medan
Muhibbin Syah, 2003, Psikologi Belajar, Raja Grafindo, Jakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar